okay after missing for about 16 months now Im back with an assessment lol sawry
this time I'll write it in Indonesian to make it simple for all diabetics, semoga bermanfaat buat orang diabetes, get well soon dear all diabetics☺
Interaksi Obat dan Makanan (Acarbose)
KASUS:
Tn.
C (45 th) menderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Berat Badan Tn.C 60 kg, dengan
tinggi badan 165 cm. Tn. C mendapatkan terapi obat acarbose 3 x sehari dengan
dosis 100 mg.
ACARBOSE
Acarbose
adalah suatu oligosakarida yang diperoleh dari proses fermentasi
mikroorganisme, Actinoplnes utahensis. Acarbose merupakan serbuk berwarna putih
dengan berat molekul 645,6 bersifat larut dalam air dan memiliki pKa 5,1. Rumus
empiriknya adalah C25H43NO18. Bentuk sediaan acabose adalah tablet 25 mg, 50 mg,
dan 100 mg. acarbose biasanya sebagai tambahan
pada terapi OHO sulfonilurea atau biguanida pada diabetes mellitus yang tak
dapat dikendalikan dengan diet dan obat-obat tersebut. Acarbose terutama sangat
bermanfaat bagi pasien DM yang cenderung meningkat.
1. Farmakokinetika
dan Farmakodinamika Obat
·
Farmakokinetika Obat Acarbose
Absorbsi:
Acarbose sulit diserap dan memiliki bioavailabilitas
sistemik yang rendah. Setelah pemberian oral, <2% dari obat tidak berubah
diserap dan masuk sirkulasi, dengan sebagian besar yang tersisa dalam lumen
saluran pencernaan. Resorpsinya
dari usus buruk, hanya ca 2% dan naik sampai lebih kurang 35% setelah dirombak
secara enzimatis oleh kuman usus. Acarbose dipecah di usus
besar oleh enzim bakteri menjadi beberapa metabolit (glukosa, maltosa,
acarviosine), sekitar 35% di antaranya akan diserap, tergantung pada flora
mikroba dalam usus. Materi yang diserap muncul dalam urin sebagai metabolit,
sebagian besar glukosa, dalam waktu 14 sampai 24 jam.
Distribusi:
Acarbose merupakan inhibitor kompetitif
yang reversibel dari alpha-amylase penkreas dan pengikat membran intestinal
enzim alpha-glucosidase hidrolase. Alpha-amylase pankreas menghidrolisis
komplek karbohidrat menjadi oligosaccharide dalam lumen usus halus, di saat
pengikat membran intestinal alpha-glucosidase menghidrolisis oligosaccharide,
trisaccharide, dan disakarida menjadi glukosa dan monosakarida lain di dalam
microvilli usus halus. Pada pasien diabetes, inhibisi dari enzim ini
memperlambat pemecahan karbohidrat dan absorpsi glukosa dan penurunan
hiperglikemia postprandial. Sebagai hasil dari efek penyeimbangan ambilan
glukosa dari usus halus, fluktuasi glukosa darah sepanjang hari berkurang dan
nilai glukosa darah rata-rata menurun.
Obat ini bekerja secara kompetitif
menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dengan
demikian dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan glikemia
postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia
dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.
(Soegondo, 2009, hal 126)
Enzim α-glucosidase berada di usus
halus, setelah pancreatic alpha-amylase melakukan penguraian terhadap
gula yang dicerna menjadi oligosakarida di lumen usus halus. Enzim
α-glucosidase kemudian mengubah oligosakarida tersebut menjadi glukosa dan
monosakarida lainnya. Acarbose sendiri merupakan oligosakarida buatan manusia
yang bersifat kompetitif inhibitor yang menghambat kerja enzim α-glucosidase.
Penghambatan enzim ini menyebabkan perlambatan pencernaan senyawa karbohidrat.
Oleh karena senyawa karbohidrat hanya sedikit terurai menjadi glukosa, sehingga
mengurangi penyerapan glukosa oleh usus halus.
Metabolisme:
Mekanisme kerja obat ini
terbatas pada sisi luminal usus. Menghambat
enzim alfa glukosidase yang terletak pada dinding usus halus dan menghambat
enzim alfa-amilase pankreas, sehingga secara keseluruhan menghambat pencernaan
dan absorpsi karbohidrat.;Acarbose tidak merangsang sekresi insulin oleh
sel-sel Langerhans kelenjar pankreas. Enzim alpha-glukosidase adalah enzim yang
berperan dalam konversi karbohidrat menjadi glukosa. Karbohidrat akan dicerna
oleh enzim didalam mulut dan usus menjadi gula yang lebih sederhana kemudian
diserap ke dalam tubuh dan meningkatkan kadar gula darah. Proses pencernaan
karbohidrat tersebut menyebabkan pankreas melepaskan enzim alpha-glukosidase ke
dalam usus yang akan mencerna karbohidrat menjadi menjadi oligosakarida yang
kemudian akan diubah lagi menjadi glukosa oleh enzim alpha-glukosidase yang
dikeluarkan oleh sel-sel usus halus yang kemudian diserap ke dalam tubuh.
Dengan dihambatnya kerja enzim alpha-glukosidase, kadar glukosa dalam darah
dapat dikembalikan dalam batas normal (Bosenberg, 2008).
Ekskresi:
Ekskresinya
berlangsung cepat lewat kemih. Ekskresi didominasi melalui renal
(ginjal). Jumlah kecil obat yang mencapai sirkulasi sistemik dapat masuk
aparatus lisosom-vacuolar oleh endositosis dan dapat menimbulkan sedikit
penekanan glukosa dan merangsang pelepasan insulin. Setelah makan karbohidrat
tinggi, acarbose menurunkan kenaikan postprandial glukosa darah sekitar 20%,
atau 2,75-3,30 mmol / L, tergantung pada dosis, tingkat hiperglikemia dan jenis
karbohidrat tertelan. (Medscape).
·
Farmakodinamika Obat Acarbose
Acarbose bekerja dengan cara
memperlambat pemecahan gula dalam karbohidrat di makanan menjadi glukosa,
sehingga level gula darah tidak naik dengan cepat sehabis makan. Acarbose
merupakan penghambat enzim α-glukosidase yang bekerja menghambat penyerapan
karbohidrat dengan menghambat enzim disakarida di usus. Senyawa-senyawa inhibitor
alpha-glukosidase bekerja menghambat enzim alfa glukosidase yang terletak pada
dinding usus halus. Enzim-enzim alpha glukosidase (maltase, isomaltase,
glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida,pada
dinding usus halus. Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat mengurangi
pencernaan karbohidrat kompleks dan absorbsinya, sehingga dapat mengurangi
peningkatan kadar glukosa post prandial pada pasien diabetes. Senyawa inhibitor
alpha-glukosidase juga menghambat enzim a-amilase pankreas yang bekerja
menghidrolisis polisakarida di dalam lumen usus halus. Acarbose tidak
merangsang sekresi insulin oleh sel-sel ß-Langerhans kelenjar pankreas. Oleh
sebab itu tidak menyebabkan hipoglikemia, kecuali diberikan bersama-sama dengan
OHO yang lain atau dengan insulin.Obat ini
terutama menurunkan glukosa darah setelah makan.
Mekanisme kerja acarbose
dalam mengurangi penderitaan pengidap sakit diabetes adalah sebagai berikut : menghambat
aktivitas α-glukosidase, menginterfensi proses hidrolisis karbohidrat,
menghambat penyerapan glukosa dan monosakarida-monosakarida yang lainnya. Obat
golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna, sehingga
pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di usus
menjadi berkurang. Hasil akhir dari pemakaian obat ini adalah penyerapan
glukosa ke darah menjadi lambat, dan glukosa darah sesudah makan tidak cepat
naik.
Obat
ini efektif bagi pasien dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar glukosa plasma
puasa kurang dari 180 mg/dl. Pasien yang mendapat terapi acarbose saja umumnya
tidak akan meningkat berat badannya, bahkan akan sedikit menurun. Acarbose
dapat diberikan dalam terapi kombinasi dengan sulfonilurea, metformin,
atau insulin.
2.
Jenis dan Mekanisme Interaksi dan atau
Efek Samping Obat dengan Makanan
Acarbose tidak diserap ke dalam darah, oleh sebab itu
efek samping sistemiknya minimal. Salah satu mekanisme interaksi obat acarbose
adalah interaksi dengan sukrosa. Sukrose (gula tebu) dan makanan yang
mengandung sukrosa sering menyebabkan gangguan abdomen,. Efek samping yang
sering ditemukan ialah produksi gas
dalam perut (kembung), bahkan diare selama pengobatan dengan Acarbose
akibat meningkatnya fermentasi karbohidrat dalam kolon dan flatulen khususnya setelah konsumsi makanan tinggi
kandungan karbohidrat yang menyebabkan sepertiga pasien berhenti menggunakan
obat ini. Obat ini juga kemungkinan mempengaruhi penyerapan zat besi. Bila terjadi hipoglikemia akut,
harus diingat bahwa penguraian sukrosa (gula tebu) menjadi fruktosa dan glukosa
terjadi lebih lambat selama pengobatan dengan acarbose; karena alasan ini,
sukrosa kurang tepat untuk mengatasi hipoglikemia secara cepat dan sebagai
gantinya diberikan glukosa.
Apabila
tablet Acarbose ditelan bersama dengan minuman dan/atau makanan yang mengandung
karbohidrat (disaccaharide, oligosaccharide, atau polysaccharide), overdosis
dapat menyebabkan meteorismus, flatulence, dan diare. Bila overdosis acarbose
yang ditelan tidak bersama dengan makanan, gejala efek samping pada intestinal
tidak perlu diantisipasi. Pada kasus overdosis, penderita tidak boleh diberikan
minuman atau makanan yang mengandung karbohidrat (disaccaharide,
oligosaccharide, atau polysaccharide) selama 4-6 jam selanjutnya.
3.
Solusi interaksi obat dan makanan
Efek samping dari obat
acarbose tergantung dosis, dapat dikurangi dengan mematuhi diet diabetes dan menghindari
makanan yang mengandung sukrosa agar tidak menimbulkan efek samping dari
interaksi obat acarbose dengan sukrosa. Pengobatan DM tipe 2 seringkali
memerlukan kombinasi beberapa agen antidiabetik oral. Obat ini hanya faktor pendukung
dalam pengelolaan diabetes, faktor utamanya adalah pengendalian diet (pola
makan) dan olah raga. Beberapa jenis obat yang biasanya
dikombinasikan dengan acarbose, namun apabila diminum bersama-sama
obat golongan sulfonilurea (atau insulin) dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan GLUKOSA MURNI,
jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian gula pasir. Obat ini diberikan
dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan secara bertahap, serta dianjurkan untuk
memberikannya bersama suap
pertama setiap kali makan (Jadi
BUKAN sesudah makan). Hal ini ditujukan terutama untuk mengatasi kenaikan glukosa darah
sesudah makan, karena seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa acarbose merupakan
jenis obat antidiabetik yang kerjanya adalah sebagai penghambat
alfa-glukosidase. Alfa glukosidase merupakan suatu enzim pemecahzat tepung
seperti maltase sukrase dll yang menghidrolisi zat tepung menjadi glukosa,
sehingga saat makan dianjurkan untuk meminum obat ini secara bersamaan agar
dapa menghambat kerja enzim alfa glukosidase ini, sehingga menjaga kadar
glukosa darah agar tidak melonjak naik.
4. Rencana
konseling gizi
Pasien DM tipe 2 seringkali memerlukan
pembatasan kalori untuk mencegah penurunan berat badan. ADA
merekomendasikan sekitar 60-70% asupan kalori harian sebaiknya berasal dari
karbohidrat dan asam lemak tak jenuh tunggal. Banyak dokter berusaha
meningkatkan prosentase asam lemak tak jenuh tunggal dan menurunkan prosentase
karbohidrat. Penelitian terbaru menunjukan bahwa diet rendah karbohidrat
berperan membantu menurunkan berat badan dan mengurangi resiko penyakit kardiovaskular
pada pasien DM tipe 2.
Makanan untuk penderita diabetes harus
selalu dijaga agar tidak mengandung banyak gula atau karbohidrat. Jika semakin
banyak karbohidrat yang dikonsumsi, maka kadar gula dalam darah akan meningkat
sehingga dapat membahayakan penderita diabetes. Makanan dengan kadar karbohidrat
tinggi seperti nasi, harus dikonsumsi sesuai takaran.
Sebagian besar penderita diabetes mellitus
menganggap mengonsumsi makanan seperti bubur atau lontong aman bagi
kadar gula darah mereka. Ternyata, jenis makanan yang wujud fisiknya
sudah berubah menjadi seperti bubur dan lontong, dimana bentuk nasinya sudah hancur,
justru akan mempercepat proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat dalam tubuh.
Sehingga kadar gula darah mereka justru akan lebih cepat naik jika mengkonsumsi
makanan tersebut. Pilihlah makanan dengan bentuk fisik yang cenderung masih
utuh, seperti nasi merah,cereal dan nasi jagung. Sebab pencernaan akan lambat
menyerap karbohidrat yang dikandung oleh jenis makanan tersebut. Selain itu
kandungan seratnya baik bagi pencernaan dan proses metabolism dalam tubuh.
Makanan yang terdiri dari karbohidrat
kompleks tinggi serat dianjurkan bagi penderita diabetes. Karbohidrat kompleks,
atau dikenal dengan zat tepung diserap oleh tubuh secara perlahan, dan
karenanya menyebabkan kadar gula darah cukup stabil. Penderita diabetes
sebaiknya memperhatikan hal berikut dalam memilih makanannya. Banyak
makan-makanan yang mengandung karbohidrat sehat. Sumber karbohidrat sehata dalah
buah-buahan, sayuran, tepung, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak. Tetapi,
meskipun diperbolehkan, pola konsumsi karbohidrat tetap harus diperhatikan. Sebaiknya
jumlah karbohidrat yang dikonsumsi sama jumlahnya untuk setiap kali makan. Demikian
juga dengan jumlah total karbohidrat harian, hendaknya sama dari hari ke hari. Tujuannya,
agar gula darah tetap stabil, tidak naik-turun. Kemudian yang harus
diperhatikan adalah makanan kaya serat. Serat adalah zat yang terdapat dalam makanan yangtidak
diserap oleh tubuh. Walaupun demikian, fungsi serat sangat penting. Salah satunya
adalah membantu menurunkan kadar gula darah dan kadar kolesterol. Contoh
makanan kayaserat yaitu kacang polong, buncis, apel, jeruk, wortel, daun ubi,
kangkung, bayam, dll. Tubuh setidaknya memerlukan 25-50 gram serat setiap
harinya.
Kemudian yang harus diperhatikan adalah membatasi
makanan mengandung lemak jenuh. Salah satu komplikasi serius diabetes adalah
gangguan pada pembuluh darah jantung dan otak. Gangguan ini dapat
mengakibatkan penyakit jantung koroner dan stroke. Agar gangguan ini tidak bertambah parah, maka
sebaiknya penderita diabetes menghindari mengonsumsi makanan yang banyak
mengandung lemak jenuh. Contohnya adalah mentega dan margarin.
Hindari makanan mengandung kolesterol tinggi.
Sama seperti lemak jenuh, makanan berkolesterol tinggi juga dapat meningkatkan kemungkinan munculnya penyakit jantung
koroner dan stroke pada penderita diabetes. Oleh karena itu, adalah tindakan
bijaksana untukmenghindari makanan berkolesterol tinggi seperti jeroan atau
kuning telur.
Masukan kolesterol tetap diperlukan, namun
jangan melebihi 300 mg per hari. Sumber lemak diupayakan yang berasal dari
bahan nabati, yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan
asam lemak jenuh. Sebagai sumber protein sebaiknya diperoleh dari ikan, ayam
(terutama daging dada), tahu dan tempe, karena tidak banyak mengandung lemak.
Masukan serat sangat penting bagi
penderita diabetes, diusahakan paling tidak 25 g per hari. Di samping akan
menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna
oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan
penderita DM tanpa resiko masukan kalori yang berlebih. Disamping itu makanan
sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan
mineral.
Tujuan tatalaksana pasien diabetes melitus
tipe 2 adalah menurunkan kadar glukosa darah menjadi normal atau mendekati
normal, sehingga mencegah terjadinya komplikasi pada pasien tersebut.
Pada pasien DM tipe 2, tatalaksana diawali dengan mengubah gaya hidup yakni
melakukan pola makan sehat dan meningkatkan aktivitas fisik sehingga tercapai
berat badan ideal. Jika dalam 2-4 minggu kadar glukosa darah tetap tidak
mencapai target, maka harus diberikan satu macam obat hipoglikemik oral (OHO)
untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah. Jika kadar glukosa darah tetap
belum mencapai sasaran, maka dapat ditambahkan satu macam OHO lagi atau
ditambahkan suntikan insulin.
Komposisi
makanan yang dianjurkan meliputi:
·
Karbohidrat
Rekomendari ADA tahun 1994 lebih
memfokuskan pada jumlah total karbohidrat daripada jenisnya. Rekomendasi untuk
sukrosa lebih liberal. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik
yang lebih rendah dari pada sebagian besar tepung-tepungan. Walaupun berbagai
tepung-tepungan mempunyai respon glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya
lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi daripada sumber
karbohidrat.
Anjuran
konsumsi karbohidrat untuk diabetesi di Indonesia:
1. 45-65%
total asupan energi.
2. Pembatasan
karbohidrat tidak dianjurkan < 130 g/hari.
3. Makanan
harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama berserat tinggi.
4. Sukrosa
tidak boleh lebih dari 5% sehari ( 3-4 sdm)
5. Makan
3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.
Penggunaan pemanis alternatif pada
diabetesi, aman digunakan asal tidak melebihi batas aman (Accepted Dialy
Intake).
1. Fruktosa
< 50 gr/hr, jika berlebih menyebabkan diare
2. Sorbitol
< 30 gr, jika berlebih menyebabkan kembung, diare
3. Manitol
< 20 gr/hr
4. Aspartam 0
mg/ kg BB?hr
5. Sakarin
1 gr/hr
6. Acesulfame
K 15 mg/kg BB/hr
7. Siklamat
11 mg/kg BB/hr
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan
sukrosa sebagai bagian dari perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa
darah pada individu dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dari makanan
harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak hanya
dengan menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam melakukan subtitusi ini
kandungan zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat dan kandugan zat gizi
lain dari makanan yang mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, seperti
lemak yang sering ada bersama sukrosa dalam makanan.
Fruktosa menaikkan glukosa plasma
lebih kecil daripada sukrosa dan kebanyakan karbohidrat jenis tepung-tepungan.
Dalam hal ini fruktosa dapat memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada
diet diabetes. Namun pengaruhnya dalam jumlah besar (20% energi) potensial
merugikan pada kolesterol dan LDL. Penderita disiplemia hendaknya
menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar, namun tidak ada alasan
untuk menghindari makanan seperti buah-buahan dan sayuran yang mengandung
fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah sedang makanan yang mengandung pemanis
fruktosa.
Sorbitol, manitol dan xylitol adalah gula
alkohol biasa mengadung 7 kalori /gram menghasilkan respon glikemik lebih
rendah daripada sukrosa dan karbohidrat lain. Penggunaan pemanis tersebut
secaraberlebihan dapat mempunyai pengaruh laksatif. Sakarin, aspartame
adalah pemanis tak bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderitaDM.
·
Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang
dengan diabetes sama dengan untuk orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan
mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di
Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gr/1000 kalori/ hari dengan
mengutamakan serat larut air.
·
Protein
Menurut konsensus pengelolaan diabetes di
Indonesia tahun 2006 kebutuhan protein untuk diabetisi 15%-20% energi. Perlu
penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg berat badan perhari atau 10% dari kebutuhan
energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai
biologic tinggi. Sumber protein yang baik adalah ikan, seafood, daging tanpa
lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan dan
tahu-tempe.
·
Total lemak
Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah
20-25% energi. lemak jenuh < 7% kebutuhan energi dan lemak tidak jenuh ganda
<10% kebutuhan energi, sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Asupan kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari. Apabila
peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet disiplin
diet dislipidemia. Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan
kolesterol adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
·
Garam
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes
sama dengan penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mgr atau sama dengan 6-7
g (1 sdt) garam dapur, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai
sedang, dianjurkan 2400 mgr natrium perhari atau sama dengan 6 gr/hari garam
dapur. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin dan soda.
·
Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang
dengan diabetes sama dengan masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar
glukosa darah tidak terpengaruh oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang
apabila diabetes terkendali dengan baik. Alkohol dapat meningkatkan resiko
hipoglikemia pada mereka yang menggunakan insulin atau sulfonylurea. Karena itu
sebaiknya hanya diminum pada saat makan. Bagi orang dengan diabetes yang mempunyai
masalah kesehatan lain seperti pancreatitis, dislipidemia, atau neuropati
mungkin perlu anjuran untuk mengurangi atau menghindari alkohol. Asupan kalori
dari alkohol diperhitungkan sebagai bagian dari asupan kalori total dan sebagai
penukar lemak (1 minuman alcohol sama dengan 2 penukar lemak).
Diet
Diabetes Mellitus Tipe 2
Prinsip penanganan diet DM tipe 2 sama
seperti DM tipe 1, namun pemberian insulin mutlak diberikan kepada pasien yang
menderita DM tipe 1.
Tujuan
diet Diabetes Mellitus Tipe 2
a. Mengendalikan
kadar glukosa darah dan lemak darah agar komplikasi diabetes dapat dicegah atau
ditunda
b. Mendapatkan
dan mempertahankan BB normal atau ideal
c. Menghasilakn
status gizi yang adekuat
d. Menghasilkan
kebugaran dan nyaman tubuh karena pengendalian gula darah dapat menghilangkan
keluhan mudah lelah, sering pusing atau sakit kepala, kram, kesemutan,
gatal-gatal dan sebagainya.
Nutrisi
Preventif DM tipe 2
a. Pencegahan
obesitas pada pasien-pasien yang beresiko diabetes
b. Asupan
serat pangan 25 gram/1000 kalori, khusunya kadar serat larut yang dapat
membantu mengendalikan kadar glukosa dan menambah rasa kenyang
c. Menghindari
asupan kalori yang berlebihan
d. Olahraga
teratur
Terapi
nutrisi untuk mengendalikan glukosa darah pada penderita DM tipe 2
a. Jadwal
makan yang teratur, jumlah kalori dari makanan sesuai dengan kebutuhan dan
jenis makanan dengan indeks glikemik yang tinggi harus dibatasi
b. Asupan
kolesterol < 300mg, karena pasien DM tipe 2 beresiko terkenan penyakit
kardiovaskuler. Pada pasien diabetes yang menderita dislipidemia, asupan
kolesterol < 200mg/hari
c. Asupan
serat 25 gram/hari, baik larut maupun tidak larut
d. Menghindari
suplemen niasin yang berlebihan karena dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
e. Pengendalian
BB
f. Olahraga
aerobik yang teratur
g. Pemantauan
kadar gkukosa darah
Diet
DM diberikan dengan interval waktu 3 jam
•Pukul
06.30 = makan pagi
•Pukul
09.30 = snack atau buah
•Pukul
12.30 = makan siang
•Pukul
15.30 = snack atau buah
•Pukul
18.30 = makan malam
-
Penentuan Jumlah Kalori
Diet DM:
A. Kriteria
•Kurus
(underweight) : BBR < 90%
•Normal
(ideal) : BBR 90 – 110%
•Gemuk
(overweight) : BBR > 110%
•Obesitas
: BBR > 120%
Pedoman
jumlah kalori yang diperlukan sehari bagi penderita DM :
•Kurus
: BB x 40-60 kalori
•Normal
: BB x 30 kalori
•Gemuk
: BB x 20 kalori
•Obesitas
: BB x 10 – 15 kalori
Penentuan
gizi penderita ditentukan berdasarkan persentase Berat Badan Relatif (BBR)
BBR = BB
(kg) x 100%
TB (cm) – 100
= 60 x 100%
65
= 92% (normal)
Jadi,
kebutuhan energi per hari pasien adalah = BB x 30 = 60 x 30 = 1800 kkal/hari.
·
Perencanaan Menu Harian Bagi Penderita DM
Sesuai dengan Kebutuha nEnergi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat dengan
kebutuhan kalori pasien 1800 kkal.
Waktu
|
Menu
|
Berat Bahan (gram)
|
Kalori (kkal)
|
Pagi (06.30)
|
Roti tawar
|
80
|
219,1
|
Margarin
|
10
|
63,6
|
Telur ayam
|
35
|
54,3
|
Susu non-fat
|
250
|
87,2
|
Selingan siang (09.30)
|
Jus alpukat
|
200
|
158,2
|
Makan Siang (12.30)
|
Nasi putih
|
150
|
195,0
|
Tempe bacem
|
25
|
59,3
|
Sayur bayam
|
50
|
6,0
|
Kacang merah
|
35
|
117,3
|
Yogurt rendah lemak
|
225
|
346,3
|
Selingan sore (15.30)
|
Bubur kacang hijau
|
250
|
42,4
|
Makan malam (18.30)
|
Nasi putih
|
150
|
195,0
|
Ikan bandeng
|
40
|
33,6
|
Brokoli kukus
|
100
|
28,0
|
Susu non-fat
|
250
|
87,2
|
Selingan malam (21.30)
|
Apel
|
150
|
88,6
|
Pemakaian
obat acarbose:
Acarbose
sebaiknya diminum pada saat makan atau tidak lebih dari 15 menit setelah makan,
hal ini ditujukan terutama untuk mengatasi kenaikan glukosa darah sesudah
makan.
Dosis awal obat acarbose:
3 x 1 tablet acarbose 50 mg/hari atau 3 x ½ tablet acarbose 100 mg/hari.
Dosis selanjutnya:
3 x 2 tablet acarbose 50 mg/hari atau 3 x 1 tablet 100 mg/hari hingga
3 x 2 tablet acarbose 100 mg/hari.
Obat
ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50 mg dan dinaikkan
secara bertahap sampai 150-600 mg/hari. Dianjurkan untuk mengkonsumsinya
bersamasegelas penuh air pada suap pertama sarapan/makan Terapi dimulai dengan
dosis sangat rendah yaitu 1x25 mg saat makan, dan dititrasi secara bertahap
dalam beberapa bulan hingga dosis maksimum 3x50 mg pada pasien dengan berat
badan kurang dari atau sama denga n 60 kg atau 3x100 mg pada pasien dengan
bobot badan lebih dari 60
=====================================================================
HASIL
PERHITUNGAN DIET
=====================================================================
Nama Makanan Jumlah energy carbohydr.
______________________________________________________________________________
roti tawar 80
g 219,1 kcal 41,5 g
margarin 10
g 63,6 kcal 0,0 g
telur ayam 35
g 54,3 kcal 0,4 g
susu skim / tak berlemak cair 250 g 87,2 kcal 12,3 g
apel 150
g 88,6 kcal 23,0 g
nasi putih 150
g 195,0 kcal 42,9 g
tempe bacem 25
g 59,3 kcal 4,4 g
sayur bayam 50
g 6,0 kcal 0,9 g
kacang merah 35
g 117,3 kcal 21,1 g
Yogurt rendah lemak 225 g
346,3 kcal 38,8 g
bubur kacang hijau belu 250
g 42,4 kcal 7,8 g
nasi putih 150
g 195,0 kcal 42,9 g
ikan bandeng 40
g 33,6 kcal 0,0 g
Brokoli kukus 100 g 28,0 kcal 5,3 g
susu skim / tak berlemak cair 250 g 87,2 kcal 12,3 g
jus alpukat 200
g 158,2 kcal 23,6 g
Meal analysis: energy 1781,1 kcal (100 %), carbohydrate 277,0 g (100 %)
=====================================================================
HASIL
PERHITUNGAN
=====================================================================
Zat Gizi hasil
analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
______________________________________________________________________________
energy 1781,1 kcal 2892,0 kcal 62 %
water 0,0
g - -
protein 89,3
g(20%) 63,0
g(12 %) 142 %
fat 37,5
g - -
carbohydr. 277,0
g - -
dietary fiber
19,5 g - -
alcohol 0,0
g - -
PUFA 7,1
g - -
cholesterol
181,6 mg - -
Vit. A 317,8 µg 1000,0 µg 32 %
carotene 0,0 mg - -
Vit. E 0,0 mg - -
Vit. B1 0,8 mg 1,5 mg 53 %
Vit. B2 1,3 mg 1,7 mg 74 %
Vit. B6 0,9 mg 2,0 mg 47 %
folic acid eq. 0,0
µg 200,0 µg 0 %
Vit. C 22,0 mg 60,0 mg 37 %
sodium 1222,6 mg - -
potassium 3913,9 mg - -
calcium 807,1 mg 800,0 mg 101 %
magnesium 281,3 mg 350,0 mg 80 %
phosphorus 1185,9 mg 800,0 mg 148 %
iron 7,8 mg 10,0 mg 78 %
zinc 6,7 mg 15,0 mg 44 %
Alasan
penggunaan bahan makanan pada rencana menu pasien:
· Alpukat
Orang
yang mengonsumsi alpukat memiliki risiko yang lebih kecil untuk mengalami
sindrom metabolik. Studi ini menemukan bahwa orang yang mengonsumsi alpukat
akan memperkecil risiko terjadinya metabolik sindrom sebanyak 50 persen
dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsinya. Sindrom metabolik adalah
sebuah nama yang diberikan pada sekelompok faktor-faktor, yang mana jika
faktor-faktor tersebut terjadi bersamaan akan meningkatkan risiko penyakit arteri
koroner, stroke, dan diabetes tipe 2. Hasil studi ini dipublikasikan
dalam Journal Nutrition. Indeks masa tubuh orang yang mengonsumsi alpukat
rata-rata sekitar 3,4 kg lebih ringan daripada orang yang menghindari alpukat,
sehingga mereka lebih langsing.
·
Bayam
Sebenarnya
tidak hanya bayam, semua jenis sayuran termasuk kale, selada, dan brokoli baik
bagi penderita diabetes. Sifat sayuran yang rendah kalori dan rendah
karbohidrat, serta mengandung antioksidan yang tinggi, membuatnya ideal untuk
mengatasi penyakit kronis. Sebuah studi melaporkan terjadi penurunan resiko
diabetes tipe 2 sebesar 14 persen ketika sayuran berdaun hijau dijadikan
sebagai bagian dari diet rutin seseorang.
·
Kacang-kacangan
Kacang-kacangan
mengandung serat yang tinggi, yang sangat penting untuk mengelola penyerapan
glukosa. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa kacang-kacangan juga bisa
menurunkan risiko stroke dan mengatur pelepasan insulin dalam tubuh, sehingga
pendorong utama bagi diabetes.
·
Ikan
Tak
hanya kaya akan protein yang membuat Anda merasa kenyang lebih lama, asam lemak
omega 3 yang terdapat dalam ikan seperti salmon, mackerel, dan ikan
haring, diketahui mengurangi risiko penyakit jantung, mencegah diabetes, serta
bisa membantu bagi yang sudah menderita diabetes. Kombinasi yang sehat antara
protein dan asam lemak omega 3 pada ikan benar-benar memperlambat penyerapan
karbohidrat, sehingga membantu tubuh untuk menjaga kadar gula darah agar tetap
stabil. Banyak penelitian menunjukkan bahwa mereka yang memiliki kadar asam lemak
omega-3 tertinggi di dalam darahnya akan mengalami inflamasi lebih rendah.
Inflamasi dalam tingkat parah dapat memperburuk diatbetes dan menyebabkan
masalah berat badan.
·
Putih telur
Putih
telur adalah makanan yang sehat, mengandung protein dan sangat rendah
karbohidrat. Hal ini berarti tidak akan mempengaruhi kadar gula darah, bahkan
membantu mencegah timbulnya diabetes tipe 2.
·
Yogurt/susu rendah lemak
Selain
gula, lemak juga menjadi hal yang harus diperhatikan oleh penderita diabetes. Yogurt
bebas lemak telah terbukti membantu bagi penderita diabetes. Banyak penderita
menderita diabetes tipe 2 karena timbunan lemak jahat di tubuh yang menyebabkan
tubuh tidak peka terhadap insulin. Oleh karena itu, ADA menyarankan konsumsi
susu dan yogurt redah lemak untuk memenuhui kebutuhan lemak baik, kalsium, dan
vitamin D harian Anda. Karena makanan ini tinggi protein, rendah lemak, dan
rendah karbohidrat, sehingga dengan demikian tubuh tidak banyak menyerap
glukosa. Sementara itu kandungan kalsium yoghurt juga telah terbukti jenis yang
lebih rendah risiko untuk diabetes tipe 2.
·
Apel
Apel memiliki kandungan tinggi serat, vitamin C dan
juga antioksidan. Apel juga mengandung pektin yang ditemukan pada kulit dan
pulpa. Pektin membantu untuk detoksifikasi tubuh, menghilangkan produk limbah
yang berbahaya. Pektin juga mengandung asam galacturonic yang telah terbukti
untuk menurunkan kebutuhan insulin penderita diabetes hingga 35%. Buah Apel
memiliki indeks glikemik yang rendah berada pada peringkat 38.
·
Brokoli
Studi
oleh Warwick University yang dimuat dalam jurnal “Diabetes” melaporkan bahwa
brokoli mengandung senyawa sulforaphane yang mampu memperbaiki dan melindungi
melindungi dinding pembuluh darah dari kerusakan kardiovaskular akibat
diabetes. Sulforaphane juga memicu proses anti inflamasi, mengontrol kadar
glukosa darah, meningkatkan mekanisme detoksifikasi alami dalam tubuh, serta
meningkatkan produksi enzim yang mengendalikan senyawa kimia berbahaya penyebab
kanker. Brokoli pun mengandung kromium yang membantu meningkatkan sensitivitas
insulin dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2006.Penuntun
Diet . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus
Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan
Klinik edisi 8 buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Nurachmah, Elly. 2001. Nutrisi Dalam
Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
RA, Nabyl. 2009. Cara Mudah
Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus. Yogyakarta: Aulia Publishing.
Saraswati, Sylvia. 2009. Diet
Sehat. Jogjakarta: A+Plus Books.
Soegondo,dkk. 2009. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Suyono, Slamet. 2002. Pedoman
Diet Diabetes Melitus. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.